Aku Cinta Pramuka

Sri berjalan pelan penuh kewaspadaan menyusuri lantai dua koridor sekolah. Hari ini hari Rabu, seharusnya Sri ikut ekstra kurikuler komputer sepulang sekolah. Ekstra kurikuler komputer memang wajib diikuti siswa siswi SMP disekolahnya dan hari Rabu dijadwalkan untuk kelas 2, kelas Sri, tapi ia malas mengikutinya. Ada banyak rumus yang mesti dihafalkan dan Sri sudah beberapa kali merusakkan disket yang ia punyai. Ia seringkali lupa untuk tidak menyentuh apalagi menggeser-geser bagian belakang disket, padahal bagian itu sensitif dan tidak boleh disentuh. Sri malas dan takut untuk, lagi-lagi, minta Bapak membelikan disket baru. Lagipula, Iwan, teman sebangkunya selama ekstra kurikuler selalu menakut-nakuti ketika rumus yang Sri ketik salah dan tulisan “error” muncul di layar komputer. Fyuuuhh..

“Aduuh!!” bisik Sri sambil membungkukkan badan dan bersembunyi dibalik dinding koridor. Pak Dodik, guru komputernya, tiba-tiba keluar ruang komputer dan berbicara dengan seorang pegawai sekolah. Jantung Sri berdetak kencang, ia khawatir pak Dodik sempat melihatnya sebelum bersembuyi. Dengan berjalan jongkok, Sri membalikkan badan dan pergi menjauh dari ruang komputer, bersiap diri untuk ikut ekstra kurikuler Pramuka.

“Sri, Shinta, Deny dan Ari.. Siapkan pasukan, bagi dalam empat regu. Abimanyu jadi pemimpin upacara. Kita akan segera mulai!” perintah kak Hapsoro, pembina pramuka di sekolah. Kak Hapsoro salah satu dari empat pembina yang sudah membuat Sri jatuh cinta pada pramuka. Ia seorang angkatan laut Republik Indonesia dan tetap memberikan sedikit waktunya sebagai pembina pramuka karena ia juga cinta pramuka.

Suatu waktu, kak Hapsoro bercerita pada Sri dan teman-teman sesama Dewan Galang di sekolahnya. “Waktu itu kak Hapsoro masih SMA dan dikirim jadi wakil sekolah dalam Jambore nasional. Kakak pakai tas ransel hijau mirip tas ransel tentara. Disana ketemu banyak sekali pramuka Penegak dari seluruh propinsi di Indonesia. Tidurnya di tenda yang kami bangun sendiri, kami bersepuluh. Di sebelah tenda, kami buat jemuran darurat dari tali pramuka, tempat meletakkan sepatu dari tongkat dan tempat meletakkan topi pramuka dari ranting-ranting pohon kering. Supaya semua barang teratur, tidak berserakan. Lalu di sekeliling tenda kami buat selokan kecil untuk menaburkan garam kasar. Ini supaya tidak ada ular masuk ke area tenda.  Kami juga masak sendiri, bawa kompor dan parafin serta alat memasak lain, bawa beras dan telur serta sayuran dan makanan instan untuk dimasak. Salah satu dari kami bisa membuat api dari batu loh… Pagi sampai siang hari kami ikut kegiatan halang rintang. Kami diberi tugas dalam banyak pos dan berlomba dengan regu lain untuk sampai terlebih dahulu di garis akhir. Kami masuk hutan, menyeberang sungai, membuat drakbar, mountaineering, dan banyak lagi….” cerita kak Hapsoro panjang lebar. Sri dan teman-temannya mendengarkan dengan rasa kagum. “Kalian pasti pengen juga kaann?” goda kak Hapsoro sambil tersenyum lebar. Sri dan teman-temannya tersipu malu. Siapa yang tak tertarik mendengar cerita kak Hapsoro, batin Sri.

  • sedikit cerita mengenang kegiatan pramuka waktu aku masih SMP. ^_^  SALAM PRAJA MUDA KARANA! 
This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

Leave a comment